Aqīdat al-‘Awām merupakan sebuah nazham (puisi ilmiah) yang ditulis dalam bidang akidah dan pokok-pokok keimanan, yang dihasilkan oleh Syekh Aḥmad al-Marzūqī al-Mālikī.
Melalui bait-baitnya yang singkat, beliau merangkum inti dari ajaran Ahlussunnah wal-Jamā‘ah, menurut mazhab Asyā‘irah — yang didirikan oleh Imam Abul Ḥasan al-Asy‘arī — dengan gaya bahasa yang menarik dan mudah diingat.
Siapa Syekh Aḥmad al-Marzūqī?
- ‘Aqīdat al-‘Awām dan syarahnya Taḥṣīl Nayl al-Marām — nazham ringkas akidah Ahlussunnah wal-Jamā‘ah yang sampai kini diajarkan di banyak pesantren.
 - Bulūgh al-Marām li-Bayān Faḍl Mawlid Sayyid al-Anām — syarah atas Mawlid karya Aḥmad bin Qāsim al-Ḥarīrī al-Mālikī (selesai tahun 1281 H).
 - Bayān al-Aṣl fī Lafẓi bi-Afdhal.
 - Tashīl al-Adhhān ‘alā Matn Taqwīm al-Lisān (bidang nahwu).
 - Al-Fawā’id al-Marzūqiyyah, syarah atas al-Ājurrūmiyyah.
 - Beberapa nazham tentang kaidah ṣarf dan nahwu.
 - Nazham ilmu falak yang disyarahkan oleh saudaranya, Abū ‘Abdillāh Muḥammad al-Marzūqī.
 - Nazham ‘Iṣmat al-Anbiyā’, selesai pada tahun 1258 H.
 
Beliau meninggal di Makkah al-Mukarramah pada tahun 1262 H dan dikebumikan di Maqbarah al-Ma‘lā, yang merupakan tempat peristirahatan banyak ulama besar. Beberapa catatan lain—seperti yang dari az-Zarkalī dan ‘Umar Riḍā Kahhālah—menyatakan bahwa beliau masih hidup hingga tahun 1281 H.
Dari catatan muridnya, Syekh Aḥmad al-Ḥalwānī, dikatakan bahwa di akhir kehidupannya, beliau mengalami kebutaan, sehingga dikenal dengan sebutan ad-ḍarīr, "sang ulama yang menutup mata dalam ketaatan. "
Alasan Penulisan Nazham ‘Aqīdat al-‘Awām
Para ahli agama menceritakan sebuah cerita yang menarik mengenai bagaimana nazham 'Aqīdat al-'Awām muncul. Cerita ini berasal langsung dari penulisnya, Syekh Aḥmad al-Marzūqī al-Mālikī.
Diceritakan bahwa suatu malam beliau bermimpi melihat Rasulullah ﷺ bersama para sahabat رضي الله عنهم berkumpul di sekelilingnya.
Rasulullah ﷺ kemudian berkata kepadanya,
“Bacalah nazham tentang tauhid. Siapa pun yang menghafalnya akan masuk surga dan mendapatkan semua keberkahan yang sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah. ”
Setelah mendengar itu, Syekh Aḥmad bertanya dengan penuh rasa hormat,
“Wahai Rasulullah, nazham yang mana yang dimaksud? ”
Para sahabat di sekitarnya menjawab,
“Perhatikanlah apa yang akan disampaikan oleh Rasulullah ﷺ kepadamu. ”
Kemudian Nabi ﷺ bersabda,
“Ucapkanlah: أَبْدَأُ بِاسْمِ اللَّهِ وَالرَّحْمٰنِ! ”
Beliau pun mengulangi,
“… أَبْدَأُ بِاسْمِ اللَّهِ وَالرَّحْمٰنِ”
dan terus membacanya hingga sampai pada bait penutup yang berbunyi,
“. . . فِيهَا كَلَامُ الْحَكَمِ الْعَلِيمِ”
Rasulullah ﷺ mendengarkan dengan saksama setiap bacaannya.
Ketika beliau terbangun dari mimpi itu, semua nazham yang baru saja dibacakan masih teringat jelas dalam pikirannya — dari awal sampai akhir, seakan-akan sudah tertanam dalam hatinya.
Beberapa saat kemudian, saat sahur, beliau kembali bermimpi bertemu Rasulullah ﷺ.
Nabi bersabda kepadanya,
“Bacalah apa yang telah kau simpan dalam hatimu. ”
Syekh Aḥmad pun membacakan seluruh nazham itu di hadapan Rasulullah ﷺ, sementara para sahabat berdiri di sekelilingnya dan mengucapkan “Āmīn” setiap kali satu bait selesai dibacakan.
Setelah selesai, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Semoga Allah memberkatimu dengan taufik menuju keridaan-Nya, menerima amal perbuatanmu, memberkati hidupmu, dan menjadikanmu bermanfaat bagi umat mukmin. ”
Setelah itu, ketika masyarakat mulai mengenali nazham tersebut dan meminta beliau untuk menambahkan penutup, Syekh Aḥmad menulis beberapa bait tambahan — diawali dengan:
“. . . وَكُلُّ مَا أَتَى بِهِ الرَّسُولُ”
hingga bait terakhir yang berbunyi:
“. . . فَحَقُّهُ التَّسْلِيمُ وَالْقَبُول”
Inilah kisah yang beliau sampaikan mengenai lahirnya nazham 'Aqīdat al-'Awām.
Cerita ini disampaikan apa adanya — dan kebenarannya, hanya Allah yang lebih mengetahuinya.
  Source:
  1. al-Bantani, Syekh Muhammad Nawawi bin Umar, Nūr adz-Dzalām Syarḥ Manẓūmah ‘Aqīdat al-‘Awām, al-Maktabah al-Islāmiyyah al-Jāmi‘ah.
  2. al-Ḥanbalī, Muḥammad bin ‘Abdullāh ibn Ḥumaid, as-Suhub al-Wābilah ‘alā Ḍarā’iḥ al-Ḥanābilah, Maktabah al-Imām Aḥmad.
    